Postingan

Menampilkan postingan dengan label Maag

GERD (Gastroesophageal reflux disease)

Gastroesophageal reflux disease (GERD)  merupakan suatu keadaan melemahnya  Lower Esophageal Sphincter (LES) yang mengakibatkan terjadinya refluks cairan asam  lambung ke dalam esophagus. Faktor Resiko: Obat-obatan, seperti teofilin,  antikolinergik, beta adrenergik, nitrat,  calcium-channel blocker. Makanan, seperti cokelat, makanan berlemak, kopi, alkohol, dan rokok. Hormon, umumnya terjadi pada wanita hamil dan menopause. Indeks Massa Tubuh (IMT); semakin tinggi  nilai IMT, maka risiko terjadinya GERD juga  semakin  tinggi. Gejala Rasa panas di dada, muntah, dan susah menelan Tatalaksana 1.      Pengontrolan asam lambung Antasida ( Maalox or Mylanta 30 mL sesuai kebutuhan. H2 blocker dosis rendah   (Ranitidin 75 mg, 2 x sehari). Non farmakologi  (hindari makanan asam dan pedas). H2 Blocker/PPI untuk menekan produksi asam (Simetidin 200 mg,  2x sehari; omeprazole 20 mg, 1x sehari) P embedahan/ surgery 2.      Pengosongan Lambung :  Gunakan  m

RANITIDINE

Ranitidin merupakan salah satu obat yang cukup dikenal dikalangan masyarakat umum, yang disebabkan pemanfaatan obat ini yang cukup tinggi. Dokter umum dan spesialis penyakit dalam umumnya akan sering meresepkan obat ini. Secara umum, masyarakat mengenal ranitidin untuk indikasi ulkus duodenum, ulkus lambung, dan kondisi hipersekresi gastrointestinal (GI) patologikal. Penyakit-penyakit yang mengindikasi penggunaan ranitidin ini prevalensinya cukup tinggi dimasyarakat, sehingga wajar jika penggunaan ranitidin juga cukup tinggi jumlahnya. Dalam peresepannya, dokter dapat meresepkan ranitidin ini baik sebagai terapi utama maupun terapi pendukung. Tulisan ini akan sedikit mengulas semua hal yang berhubungan dengan ranitidin. Semoga bermanfaat. KEMASAN  Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box berisi 10 ampul @ 2 mL) Ranitidine 150 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet) FARMAKOLOGI :. Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin